DILD Berharap Efek Relaksasi LTV pada Semester II
PT Intiland Development Tbk berharap kebijakan pelonggaran loan to value (LTV) oleh Bank Indonesia (BI) mulai awal bulan

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - PT Intiland Development Tbk berharap kebijakan pelonggaran loan to value (LTV) oleh Bank Indonesia (BI) mulai awal bulan ini bisa berdampak positif bagi kinerja di semester II 2018.
Maklum, sepanjang semester I, mereka merasa pasar masih wait and see alias menunggu waktu yang tepat.
Tengok saja marketing sales alias pendapatan pra penjualan Intiland enam bulan pertama tahun ini sebesar Rp 1,28 triliun. Perinciannya, Rp 1,09 triliun pra penjualan dari proyek di Jakarta dan Rp 199 miliar dari Surabaya.
Pencapaian itu tak sampai separuh dari target marketing sales sepanjang tahun 2018 yang mencapai Rp 3,38 triliun.
Adapun dalam rangka memanfaatkan momentum relaksasi LTV, Intiland pasang strategi pemasaran. "Karena pasar masih agak lemah, jadi kami siasati lewat kerjasama dengan pihak bank dan banyak diskon dalam bentuk subisidi bunga," ujar Archied Noto Pradono, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk, saat paparan publik di Jakarta, Selasa (28/8).
Sambil jalan, Intiland menambah koleksi produk. Pada semester II ini, perusahaan berkode saham DILD di Bursa Efek Indonesia tersebut akan merilis tiga proyek apartemen baru. Salah satunya adalah apartemen South Quarter Tahap II di Jakarta.
Selebihnya, Intiland memacu penjualan 15 proyek yang sudah ada. Sebut saja proyek mixed use atau kawasan terpadu Praxis dan Spazio Tower di Surabaya. Lantas di Ibu Kota, ada apartemen Regatta dan 1Park Avenue.
Intiland sudah mengalokasikan dana belanja modal atawa capital expenditure (capex) sebesar Rp 2 triliun sepanjang tahun 2018.
"Ini untuk (pembangunan) proyek-proyek yang prioritas investasi harus konstruksi" terang Theresia Rustandi, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk, dalam kesempatan yang sama.
Pada semester I 2018, pendapatan Intiland naik 35,07% year on year (yoy) menjadi Rp 1,81 triliun. Namun laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk susut 39,16% yoy menjadi Rp 142,46 miliar.
-
Pelaku UMKM Manado Keluhkan Soal Pinjaman Modal dan Agunan
-
BI Optimistis Kurs Rupiah Terus Menguat: Perdagangan Ditutup Rp 14.080 per Dolar
-
BI Hadirkan Pojok Baca 'BI Corner' di SMA Negeri 1 Ratahan, Pertama di Sulut
-
Intervensi BI: Begini Dampaknya ke Rupiah
-
Segera Ditukar! Daftar Uang Kertas Rupiah Ini Tak Berlaku Mulai 1 Januari 2019