Bukan Atasan atau Keluarga, Hanya Dua Orang Ini yang Berani Memegang dan Mengatur Kepala Soeharto
Walau sudah lebih dari 10 tahun sejak wafatnya Soeharto, nama penguasa orde baru itu tak hilang ditelan waktu.
TRIBUNMANADO.CO.ID- Walau sudah lebih dari 10 tahun sejak wafatnya Soeharto, nama penguasa orde baru itu tak hilang ditelan waktu.
Bahkan, akhir-akhir ini banyak orang yang membandingkan zaman Soeharto dengan rezim penguasa setelahnya hingga muncul jargon "Piye Kabare? Enak Jamanku to?"
Terlepas dari perbandingan tersebut, Soeharto tetaplah seorang manusia biasa yang juga memiliki kebiasaan seperti orang lain.
Kebiasaan mantan presiden RI yang dijuluki 'smiling general' itu coba dikisahkan oleh salah seorang putrinya, Tutut Soeharto melalui situs pribadinya.
Diceritakannya, sejak pindah tugas dari Bandung ke Jakarta atau sejak menjabat sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad), Soeharto memiliki seorang tukang cukur langganan yang akrab disapa Pak Yos.
Baca: Geisha Semakin Tua Bayarannya Semakin Mahal, Dilatih Sejak Massa Puber
Baca: Zulkifli Hasan Janji Carikan Tiga Bidadari Saat Bertemu Sam Aliano
Baca: Sempat Dikabarkan Tewas, Wartawan Jepang Ini Masih Hidup Usai Diculik ISIS, Ini Buktinya
"Pak Yos ini tukang cukur yang mangkal di bawah pohon di jalan H Agus Salim (dekat rumah Tutut Soeharto), dan juga berkeliling naik sepeda," ujar Tutut, Kamis (12/7/2018).
Sampai Soeharto dilantik sebagai Presiden RI ke-2, beliau tetap memakai jasa tukang cukur langganannya itu.
Setiap kali akan memotong rambutnya, Soeharto memanggil Pak Yos untuk datang ke Rumah Cendana.
Walaupun banyak yang menyarankan agar Soeharto mengganti tukang cukurnya, smiling general tersebut tidak mempedulikan anjuran orang lain dan tetap setia dengan Pak Yos.
"Katanya, masak presiden tukang cukurnya dari bawah pohon," kata Tutut menirukan anjuran itu.
Diungkapkannya, alasan Soeharto menolak anjuran untuk mengganti tukang cukur tersebut adalah karena Pak Yos sama seperti tukang cukur lainnya yang juga manusia dan warga negara Indonesia.
Menurut Tutut, Pak Yos sendiri kaget dan terharu karena masih dipanggil Soeharto walau sudah menjadi Presiden RI.
Bedanya, setelah Soeharto menjabat sebagai presiden, Pak Yos diminta memakai baju lengan panjang setiap memotong rambut sang presiden kala itu.
"Namun ajal tak dapat ditolak. Kalau tidak salah tahun 1977, Pak Yos meninggal dunia. Bapak merasa sangat kehilangan," tutur Tutut.
Seberapa pun kehilangan kita, yang namanya rambut tidak mau kompromi untuk tidak tumbuh. Begitu juga dengan rambut Soeharto.