Produk Anak Bangsa Tak Kalah, Menkominfo: Ganti Facebook dengan CatFiz
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyarankan agar publik menggunakan media sosial
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyarankan agar publik menggunakan media sosial buatan putra-putri Indonesia. Hal tersebut menyusul adanya praktik pembocoran data pengguna Facebook di Indonesia ke sejumlah pihak.
"Makanya, pakailah media sosial atau misalnya chatting system buatan Indonesia sendiri. Banyak kan buatan anak bangsa, ada Catfiz, Indonesia Messenger, ada juga Pesan Kita. Itu tolong diapresiasi jugalah," kata Rudiantara.
Rudiantara mengakui kualitas produk media sosial ciptaan kreator di Indonesia tidak kalah dari Facebook. Namun, jika masyarakat terus mendukungnya dengan menggunakan produk tersebut, lama-kelamaan kualitasnya pun akan semakin baik.
"Facebook itu besar karena mengakuisisi start up kecil. Jadi dia lengkap dan user friendly-nya tinggi. Sedangkan anak-anak muda Indonesia kan kerjain itu semua sendiri, jadi memang agak lama," ujar Rudiantara.
Menkominfo sendiri mengaku, menggunakan beberapa media sosial buatan dalam negeri. Ia juga sering mempromosikan produk tersebut. Salah satunya kepada wartawan.
"Beberapa teman wartawan bahkan saya bilang, anda nanya pakai Whatsapp pasti enggak saya jawab. Tapi kalau pakai yang buatan Indonesia, saya jawab. Ya harus ada keberpihakan. Jangan semua yang berbau asing sajalah," ujar Rudiantara.

Bareskrim Panggil Facebook
Bareskrim Polri berencana akan meminta klarifikasi pihak Facebook terkait bocornya data sejuta pengguna Facebook di Indonesia, pada pekan ini. Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan telah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika soal tersebut.
"Diharapkan minggu ini Bareskrim Polri akan memanggil pihak Facebook di Indonesia," ujar Setyo.
Nantinya, kata Setyo, kasus ini akan ditangani oleh Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri. Penyelidikan akan dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kemenkominfo.
"Dit Siber Bareskrim akan memulai melaksanakan penyelidikan," tukas Setyo.
Sementara itu rencana pemerintah memblokir situs media sosial Facebook gara-gara kebocoran data pengguna mendapat tentangan dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo (Bamsoet). Tindakan tersebut dinilai bukan solusi yang baik, selain juga akan menimbulkan masalah baru.
"Blokir tidak akan bisa menyelesaikan akar masalah yang sesungguhnya. Impact yang ditimbulkan justru semakin buruk," kata Bamsoet.
Dia meminta pemerintah untuk tidak asal blokir. Alasannya, Facebook sudah memberi banyak manfaat untuk masyarakat. Banyak UMKM dan unit usaha kecil lainnya yang bertumpu pada media sosial ciptaan Mark Zuckerberg tersebut. Masyarakat membuat "lapak" digital untuk melakukan transaksi dari komoditas yang terdekat dengan mereka.
"Di saat negara belum bisa memberikannya, Facebook sejak awal sudah mampu memberikan `marketplace' sederhana untuk rakyat mengembangkan usaha. Mereka tak hanya bertransaksi tapi juga promosi dan membangun reputasi dari sana. Masak semuanya harus gulung tikar karena persoalan kebocoran data?" katanya.
Bamsoet mengakui, saat ini sudah banyak pilihan marketplace di Indonesia. Transaksi juga jauh lebih aman daripada Facebook yang cuma sekadar media sosial. "Tapi dengan populasi pengguna Facebook dari Indonesia yang begitu besar, sekitar 130 juta akun atau 6 persen dari user global, UMKM tidak akan pernah bisa meninggalkan Facebook sepenuhnya karena dia sudah menjadi pusat aktivitas digital masyarakat," katanya.
Bamsoet mengakui bahwa persoalan kebocoran data pengguna adalah masalah serius. Dan Facebook selama ini tak pernah transparan. Baru setelah data pengguna bocor dan dimanfaatkan oleh Cambridge Analytica, praktek tak terpuji Facebook selama ini terbongkar.
"Tapi kita juga harus tetap mendudukan persoalan. Data seperti apa sih yang bocor itu? Data pengguna yang bocor bukan NIK, Nomor Kartu Keluarga, foto-foto, atau chat log. Yang bocor adalah data yang memang sudah disetel untuk publik," katanya. Meskipun begitu, kata Bamsoet, semua data tersebut tetap private. Dan Facebook tidak bisa serta merta mengambilnya untuk kepentingan di luar persetujuan pengguna langsung.
"Ini yang harus kita permasalahkan dan minta pertanggungjawabannya kepada Facebook," pungkasnya.
Diberitakan, Facebook mengakui banyak data user di dunia, bocor. "Secara total, kami pikir informasi Facebook 87 juta orang kebanyakan di Amerika Serikat kemungkinan telah dibocorkan ke Cambridge Analytica," tulis Facebook dalam keterangannya.