Gelombang Laut Capai 3 Meter, Nelayan Minsel Enggan Melaut, Harga Ikan pun Naik
Cuaca ekstrim yang melanda perairan Minahasa Selatan (Minsel) berdampak pada para nelayan dan produksi ikan di pasar tradisional
Penulis: Maickel Karundeng | Editor: Aldi Ponge
TRIBUNMANADO.CO.ID, AMURANG - Cuaca ekstrim yang melanda perairan Minahasa Selatan (Minsel) berdampak pada para nelayan dan produksi ikan di pasar tradisional
Akibat cuaca ekstrem selama seminggu terakhir membuat para nelayan belum berani melaut mencari ikan. "Gelombang laut mencapai 2 sampai 3 meter, makanya tidak memungkinkan untuk mencari ikan," ucap Ferry Elias satu diantara nelayan Amurang kepada Tribun Manado Selasa (6/2).
Dampaknya kebutuhan ekonomi terganggu karena hasil tangkapan tidak ada. "Untuk sementara memperbaiki jala dan kapal sambil menunggu cuaca kembali normal," tutur Elias.
Kalau cuaca bagus hasil tangkapan ikan bisa mencapai 50 kerenjang dengan total dirupiahkan mencapai kurang lebih Rp 35 juta.
"Satu keranjang ikan harganya bisa Rp 600 sampai Rp 700 juta tergantung jenis ikan," ungkap Elias.
Aktivitas para nelayan atau pekerja kapal karena cuaca ekstrem hanya memperbaiki jala serta kapal sambil menunggu cuaca kembali normal.
Ia menambahkan, kalau ada nelayan nekat atau berani melaut dengan risiko tinggi hanya bisa dapat 10 keranjang saja dengan nilai rupiah sekitar Rp 1 juta lebih.
Nurjanah Koroh satu diantara penjual ikan dipasar mengaku kesulitan mencari ikan. "Harga naik dan pasokan ikan dari nelayan kurang karena gelombang atau cuaca buruk," katanya.
Biasanya 7 ekor harganya Rp 20 ribu kini naik jadi Rp 50 ribu 7 ekor.
Namun, pembeli tetap datang mencari ikan karena kebutuhan. Walau agak mahal, tetap mereka membeli.