Tradisi
Warga Negeri Danowudu Ziarah ke 17 Makam Kumtua
Masing-masing di Air Hujan, dan mata air hutan adat serta ladang pekuburan.
Penulis: Christian_Wayongkere | Editor:
TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Sabtu pagi, di bawah udara yang sejuk, asri dan lingkungan yang bersih sejumlah warga Negeri Danowudu Kelurahan Danoduwu Kecamatan Ronowulu, melakukan tradisi beribadah dan berdoa di tiga lokasi yang berbeda. Masing-masing di Air Hujan, dan mata air hutan adat serta ladang pekuburan.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk mensyukuri angugerah Tuhan yang memberikan umur panjang, kepada negeri Danowudu yang ke 104 tahun. Usai melakukan kegiatan tersebut dilanjutkan dengan ibadah bersam dengan Lurah kepala lingkungan, RT, dan pemangku adat negeri Danowudu, diladang pekuburan. Kemudian dilanjutkan dengan ziarah ke makan para mantan hukum tua (kumtua) dan lurah negeri Danowudu yang telah mendahului.
Menurut ketua panitia pelaksana HUT Negeri Danowudu ke 104 tahun, kegiatan ini dilaksanakan untuk mensyukuri anugerah dan rahmat Tuhan. "Karena dengan tuntunannya, negeri Danowudu bisa menginjak usia ke 104 tahun," kata
Meidy Kalangi Sabtu (5/5/2012).
Dijelaskannya, sekilas tentang negeri Danowudu merupakan gabungan masyarakat yang awalnya tersebar disejumlah daerah yang ada di bumi Nyiur Melambai. "Warga negeri Danowudu menjadi satu disini, dimana sebelumnya tersebar di Telap, Maumbi, Toulimembet, dan Kauditan," tuturnya.
Selain kegiatan ziarah ke makan para mantan kumtua dan lurah yang ada di Danowudu, Girian, dan Airmadidi, pihaknya akan menggelar berbagai kegiatan. "Ada lomba chaka-chaka, kebersihan lingkungan, dan puncak acaranya akan digelar dibadah syukur besok hari (hari ini) di halaman kediaman pemangku adat negeri Danowudu Benny Tengker," kata dia.
Terpisah ketua negeri adat Danowudu
Dolfie Rumajar mengatakan, kegiatan seperti ini menjadi perhatian semua warga yang ada di negeri Danowudu. "Terutama keluarga dari setiap mantan kumtua, dan lurah yang wajib menuntun saat dilakukan ziarah," kata Dolfie. Dijelaskannya hingga usia yang ke 104 tahun negeri Danowudu telah mencatat belasan kumtua dan lurah, yang diziarah oleh warga negeri Danowudu. "Ada 17 makam yang kami kunjungi 15 diantara di pekuburan Danowudu, satu di Girian, dan satu di Airmadidi," tambahnya.
Adapun ke 17 kumtua dan lurah yang memimpin negeri Danowudu dimulai dari almarhun Johan Pinontoan, Dirk Tengker, Lambert Tengker, Alex Rumayar, Jan Tengker, Hein Wensen, Yoyakim Tampi, Mateis Hendrick Tengker, Jan Fredrick Palandeng, Jonas Rompis, Werensolo Pinontoan, John Petrus Kalangi, Benhard Tangkudung, Nelce Tengker, Max Lomboan, Jefrry Kemer, dan Diana Sambiran. "Diatara ke 17 Hukum Tua dan lurah Jan Tengker. Dan Jan Fredrick Palandeng yang merupakan pejabat," kata dia.
Lanjut pria paruh baya ini, kegiatan seperti ini tak lepas dari sosok seorang pemangku adat negeri Danowudu yang kini berkiprah sebagai pengusahan di Jakarta. "Luar biasa apa yang dilakukan oleh sosok seorang Benny Tengker. Dia bahkan memberikan bantuan cat samua kubur yang ada di Danowudu, dan untuk pagar yang ada di semua rumah," tandasnya.