Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

EXCLUSIVE!

Polda Sulut Bongkar Praktik Aborsi

Dugaan selama ini Klinik Bunda Maria di Jalan Rajawali Nomor 8-10 Pal, menunjukkan idugaan menjalankan

Editor: Andrew_Pattymahu

Dipimpin  Direktur Reskrimum Polda Sulut, Kombes Pol Drs V Jefry Lasut MM, tim polisi , termasuk Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Polda Sulut, bersama Disaster Victim yang Identitiication (DVI) menelusuri ruangan serta taman belakang klinik.

Setelah melakukan penggalian di taman belakang klinik, ditemukan plasenta dan tulang belulang. Dir Reskrimum mengatakan, baru menggali sebagian "Baru sebagian yang gali, ditemukan berupa tulang-tulang diperkirakan janin 6 bulan, kemudian berupa plasenta diperkirakan dua atau tiga bulan," tuturnya.
Lasut mengatakan dari keterangan saksi ada sekitar 20 orok yang tertimbun, kata dia, penggalian akan dilanjutkan esok hari (hari ini). "Masih berkembabg kasus yang lain melidik lanjut," ucapnya.

Atas temuan itu, Polisi bermaksud mengambil keterangan pemilik klinik, sekaligus dokter Elizabeth Mandagi di Polda. Namun dokter tersebut ngotot ingin didampingi pengacara, sang dokter pun terlibat debat dengan Dir Reskrimum. Elizabeth pun terpaksa digiring ke Polda

Di Polda Sulut, penyidik Sub dit Reskrimum Jatantanras menangani kasus itu. Penyidik melakukan pemeriksaan maraton terhadap saksi yakni Tony, Cleaning Service Klinik dan Dr Elizabeth. Keduanya diperiksa di ruangan berbeda. Sebelumnya penyidik sudah mengambil keterangan Herry dan Ordie.  
Pemeriksaan klinik ini berlangsung setelah ada calon pasien minta kandungannya .. "Saya kan membantu, jadi tolong jangan bicara di luar kalau saya melakukan aborsi," pinta dokter Elizabeth.

Dokter juga mengaku menyanggupi jika ada pasien yang sudah hamil sampai usia kandungan delapan bulan yang meminta untuk diaborsi. "Sampai usia 8 bulan juga bisa saya tangani," ujar dokter Elizabeth.

Setelah pembicaraan ini dokter kemudian meminta stafnya untuk menyiapkan kamar dan alat-alat yang akan digunakannya untuk aborsi. Dokter mengatakan proses aborsinya tidak akan lama hanya berkisar 10 menit saja. "Tidak lama hanya berkisar 10 menit dan tidak akan sakit," tutur dokter.

Dalam proses menunggu semuanya disiapkan, sekitar 10 personil Polda sulut bersama bagian identifikasi Polda Sulut langsung masuk dan menggrebek lokasi klinik. Mengetahui rumahnya telah dikepung personil Polda, dokter Elizabeth berusaha mengelak dan mencoba menyimpan buku yang berisi surat pernyataan pasien aborsi. Akibatnya terjadi tarik menarik antara dokter dengan personil polisi yang akan mengamankan barang bukti.

Dokter Elizabeth sempat merobek salah satu halaman buku yang berisi surat pernyataan pasien.

Mekskipun sudah ketahuan belangnya, dokter Elizabeth tetap bersikeras tidak pernah melakukan praktek aborsi. "Tidak benar itu, bapak lihat saja tidak ada pasien disini," ujar dokter Elizabeth sedikit emosi.

Sementara polisi menenangkan dokter dan meminta keterangan darinya, proses olah TKP terus dilakukan sampai ke halaman belakang klinik. Polisi segera mengamankan dua orang di bagian resepsionis, satu orang sopir, dan satu orang cleaning service bernama Tonny Wulage yang disebut-sebut tahu banyak tentang praktek aborsi yang dilakukan dokter serta yang bertanggung jawab membantu mengubur janin dan bayi hasil aborsi.

Dari keterangan yang diberikan Tonny kepada pihak penyidik terungkap bahwa dirinya sudah bekerja dengan dokter Elizabeth sejak tahun 2007 dengan pekerjaan yang akan dilakoni sebagai tenaga kebersihan. "Awalnya yang saya tahu tugas saya hanya tenaga kebersihan dengan gaji 250 ribu rupiah, tetapi kemudian dokter meminta untuk membantunya mengubur janin hasil aborsi," ujar Tonny.

Tonny mengaku dirinya mengubur janin hasil aborsi di halaman belakang klinik tepatnya di samping kolam renang yang sudah tidak digunakan lagi. Di lahan berukuran sekitar 4x2 meter ini Tonny mengaku sudah mengubur sekitar 20 jasad janin.

Dirinya menolak kalau dikatakan mengubur bayi. "Tidak ada bayi, saya hanya mengubur gumpalan daging dan cairan hasil aborsi yang masih berdarah-darah, usai dokter melakukan aborsi," ujar Tonny.

Selain lahan di samping kolam renang ini, Tonny juga mengaku kalau di halaman samping kolam yang berukuran lebih besar tepatnya di depan penginapan pasien, masih banyak lagi janin yang dikubur. "Tetapi bukan saya yang melakukannya, tapi petugas kebersihan sebelum saya," ujar Tonny.
Kepada Tribun Manado, Tonny mengaku sangat menyesal dengan apa yang telah dilakukannya. "Sejak awal saya tahu ini salah, saya sudah minta untuk berhenti kerja tetapi dokter melarang," ujar Tonny.

Sementara itu, penyidik terus melakukan olah TKP di semua ruangan dan lokasi yang ada di klinik Bunda Maria ini. Sambil meminta dokter menunjukan semua ruangan dan peralatan yang digunakannya untuk melaksanakan praktek aborsinya, penyidik terus mengumpulkan alat bukti di TKP.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved